Isu mengenai Nature versus Nurture mencakupi bahasan yang melibatkan sejauh mana aspek-aspek tertentu dari sesuatu yang kita anggap paling alami dan berasal dari proses penciptaan yang apa adanya serta terbentuk secara alamiah disandingkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan melalui pembentukan, tempaan dan pemeliharaan setelah penciptaan alamiah terjadi.
Diskusi mengenai mana yang lebih berpengaruh dari kedua hal ini sudah terjadi semenjak lama.
Galen, Imuwan Yunani kuno mendalilkan bahwa sifat dan perilaku makhluk hidup dikendalikan oleh cairan yang ada pada tubuh mereka. Segala kekhasan dan tingkah laku yang akan ditampakkan oleh makhluk merupakan hasil dari keberfungsian tubuhnya secara alamiah dan sifatnya bawaan. Kemudian teori balasan digaungkan oleh Galton di tahun 1874 setelah mempublikasi tulisan “English Men of Science: Their Nature and Nurture,”. ia mengajukan gagasannya tentang dominasi faktor keturunan dan eksistensi lingkungan dalam menentukan potensi dan karakter pada makhluk hidup.
Perdebatan yang muncul setelahnya adalah bagian mana yang memberikan pengaruh paling besar,
sifat alamiah atau pengaruh yang dipaparkan oleh lingkungan bagi proses bergulirnya kehidupan. Gologan Epistimologis yang pada awalnya populer dan mengusung tema-tema pengembangan cara berpikir menguatkan bahwa postulat hereditas menjadi sangat penting dan penentu yang kemudian diamini oleh sebagian imuwan dan mempengaruhi cara pengembangan ilmu pengetahuan di jamannya.
Paradoksnya, Makhluk hidup; manusia, hewan dan tumbuhan terus menerus melakukan domestikasi
diri dan menempatkan sifat primitif bawaan dan kemampuan asli di belakang upaya untuk menyesuaikan diri. Selain itu di sudut yang lain malah kita bisa menyaksikan sendiri bagaimana tempaan dari lingkup eksternal malah menjadi pencetus bagi terbentukanya sifat sifat “alamiah” baru. Seperti usaha-usaha menyesuaikan diri oleh organisme hidup menghasilkan kemampuan baru bahkan kebiasaan dan sifat.
Pertanyaanya, mengapa Nature-Nurture masih saja menjadi perdebatan? Di era kehidupan yang bergulir semakin maju dan segala bukti telah terpampang jelas bahwa yang diperdebatkan mungkin saja bersifat “versus” tetapi pada akhirnya dapat dilihat adalah ini merupakan hasil kolaborasi; Interaksi selang-seling dinamis antara nature dan nurture menjadikan organisme kehidupan menjadi sempurna dan adaptif, eksis dan sukses dalam bertahan hidup dan berkembang banyak menghasilkan organisme yang terbarukan yang lebih adaptif. Kemudian bentuk ini menjadi terpateri secara genetika dan permanen. Di sini terlihat bagaimana akhirnya “Nurture being a new Nature”.
Tumpang tindihnya dikotomi dari Nature dan Nurture ini menjadikan landasan bagi ide penciptaan karya bagi Anton Afganial pada seri solo eksibisi kali ini. Bagimanapun konsep perdebatan Nature vs Nurture ini berkembang, mulai diragukan relevansinya kemudian mulai ditinggalkan dan perlahan digantikan dengan tipologi baru yang menghasilkan istilah-istilah segar seperti: developmentalis, konstrutifistik, dialektik, dan sebagainya. Ketumpangtindihan dan kontroversi Nature dan Nurture tetap menjadi bagian yang menjanjikan untuk diangkat menjadi simbol maupun metafor yang indah dan bermakna.
Anton Afganial berusaha menangkap dan merefeksikan kebermaknaan hal alamiah dan environmental ke dalam karya sebagai sikap akhir dari kontempelasi dalam proses penciptaan lukisan pada pameran tunggal kali ini. Pertentangan antara keduanya mungkin saja sudah menjadi sejarah tetapi tetap saja pernah ada dan menjadi bagian dari hasil pemikiran manusia terhadap eksistensi mereka sebagai makhluk hidup di bumi.
Nature/
Nurture
Sep 14 - Oct 4 2021