Panorama Bali dan pantainya terekam sangat jelas dalam memori ingatan Yusa, semasa kecil hingga dewasa. Tinggal di daerah tourism tentu memiliki proses dialog kehidupan yang berbeda dengan masyarakat Bali yang tinggal di pedesaan yang masih kental akan budaya dan ritual adat. Ia memiliki pengalaman bagaimana melihat orang dari berbagi daerah, negara untuk datang dan berlibur menikmati alam dan indahnya pantai di bali. Karakter yang berbeda-beda, ekspresi yang berbeda-beda membuat keragaman cenderung menjadi hal yang dekoratif saling berhubungan sehingga membentuk pola keindahan baru. Hal tersebut coba ia kenang kembali ketika melakukan studi saya di ISI Yogyakarta. Terutama saat mencari tema dan konsep untuk tugas akhir. Muncul lah kenangan panorama tersebut dengan ingatan yang sayup-sayup bahkan tidak utuh dan blur. Keterbatasan mengingat cenderung memiliki sisi abstrak yang unik, semacam kembali menata ulang ingatan di atas kanvas. Dan sembari berpikir secara kritis tentang apa yang terjadi di hari itu hingga saat ini. Covid 19 menjadi moment yang kurang indah bagi siapapun.
Fenomena Bali dan pantainya itu menjadi inspirasi dalam karya yang berjudul tarian dari Pulau Plastik. Fenomena panorama yang sepi membuat Yusa kembali berdialog dengan alam dan diri sendiri. Seperti di bawa ke masa lampau tanpa turis tanpa pengunjung semua tampak kosong dan tebing kapur putih yang luas dan gagah baru terlihat jelas yang selama ini teralihkan oleh wisatawan asing yang lebih indah di pandang mata. Pengerukan tebing batu kapur yang mangkrak karena akan di bangun proyek besar juga terihal semakin jelas. Semuanya terekam dengan jelas dalam memorinya, dan coba ia visualkan kembali di dalam karya tugas akhir dan karya baru dalam pameran tunggal dari periode 2020 – 2022 perubahan panorama tersebut sangat memengaruhi perspective saya saat berkarya sampai saat ini. Hingga sampai pada saat pantai sudah boleh di kunjungi secara perlahan, fenomena unik dimana warga lokal bali yang break bekerja saat covid 19 baru kembali menikmati keindahan alam yang mereka miliki.
Jarak pantai dangan tempat tinggal sangatlah dekat, namun terhalang karna aktivitas bekerja di pariwisata yang membuat warga lokal sampai lupa menikmati alam di sekitar pemukiman mereka. Fenomena ini coba Yusa rekam dalam karya saya yang berjudul another sunset dimana sunset saat itu terasa sangat berbeda karena suasana pantai sangat ramai dengan warga lokal, expresi kelokalan yang menurut ayah nya, begini lah aslinya kehidupan orang pesisir pada saat sang ayah pertama datang dan bermukim di bali Selatan pada tahun 1994. Bercengkrama bersama keluraga makan bersama di pinggir laut dan berdiskusi sambil melihat laut dengan garis horizon yang indah sembari menunggu sunset terbenam. Pengalaman tersebut menjadi sangat penting dalam proses berkarya dan menjadi bahasa expresi Yusa sebagi pelukis yang lahir di bali dan berkarya di Yogyakarta.
Panorama
Dalam
Diam
Ags 29 2022 - Sept 11 2022
Artotel Jakarta