Di sebuah lembah berbatu dengan selimut rerumputan hijau, terdapat kompleks bangunan yang tampak terasing. Seperti tidak ada aktivitas di sekitarnya. Hanya menyisakan lanskap alam yang bersanding dengan bangunan terbengkalai itu. Di antara dua tebing berbatu itu, juga ada steger-steger yang berada di sekitar bangunan. Dalam lukisan bertajuk Breathing Stones berdimensi 100 x 150 sentimeter itu, seniman Prabu Perdana seperti menghadirkan ketenangan suasana di suatu lanskap alam yang sudah ditinggalkan manusia.Prabu lalu mengulangi lanskap bebatuan itu di antara dalam beberapa karya lukisnya yang lain.
Seperti Stone Garden, yang lebih menonjolkan potret dekat bebatuan dengan rerumputan yang tumbuh di atasnya dan sedikit di sisi kiri dan bawah kanvas. Sementara ia memulas bagian atas dengan langit warna kebiruan yang mengasosiasikan pada ketenangan dan kesejukan lanskap tersebut.Batu, lalu dimunculkan kembali oleh Prabu di Iron and Stone. Kali ini, ia merekontsruksi lanskapnya dengan membubuhi steger di bawahnya. Di antara bebatuan runcing di samping kanan dan kirinya. Namun kali ini ia memulas langitnya dengan bubuhan warna hangat merah muda meski masih ada kebiruan di bagian atas. Seperti menandakan waktu yang akan berganti hari.
Dalam pameran tunggal Prabu Perdana yang perdana di Jakarta bertajuk In Another Land itu, Prabu memajang 12 karya lanskap yang memiliki karakterisasi ketiadaan manusia di dalamnya. Selain repetisi batu di karya-karyanya, ia juga memanfaatkan bangunan-bangunan terbengkalai sebagai bentuk komunikasi yang hadir di karyanya. Ia menghadirkan titik polarisasi antara lanskap alam sebagai bentuk natural dan bangunan sebagai bentuk kehadiran manusia, tanpa kemunculan sosoknya.
Seperti di Growing Land, Prabu menjejerkan beberapa bangunan serupa pusat perbelanjaan, resto cepat saji, juga gedung tinggi. Di antara gedung-gedung itu, tumbuh tanaman hijau raksasa yang menjalar menuju langit. Ia kini menghias langit birunya dengan aksen awan.Di karya-karya Prabu yang terhimpun dalam in Another Land, ia seolah menunjukkan kemiripan pada latar-latar yang juga kerap muncul dalam tema produk visual seperti film dan serial bertema survival semacam The Last of Us atau Alice in Borderland.Wajar saja jika mengasosiasikan karya-karya Prabu pada produk visual serupa lantaran seri karya in Another Land miliknya terpantik dari karyanya Isolated Garden yang memenangkan UOB Painting of The Year 2020, saat dunia dilanda pandemi. Ketika masa itu, dunia juga mengalami semacam latar pasca-apokalips.
Secara teknik, Prabu juga membenturkan yang realis dengan surreal. Secara tematik barangkali terlihat surreal tapi dalam produksinya ia menggunakan pendekatan realistik dengan mengamati lanskap di sekitar studionya di Bandung, dengan lebih dulu mengabadikannya dalam bentuk foto sebelum dicemplungkan ke kanvas. Meski begitu, lanskap yang muncul juga tidak secara spesifik menunjukkan letak geografis. Kecuali di beberapa karya tertentu yang dalam judulnya menyematkan nama tempat seperti Bandung dan Laos.
Penggabungan yang kontras antara alam dan gedung terbengkalai itu, dilakukannya serupa teknik pasang-tempel kolase sehingga tercipta visual yang bertolak belakang.“Seri karya ini sebenarnya bukan tentang hari ini, bukan juga tentang masa depan. Tapi ini adalah hiperbola keadaan yang menjadi lanskap imajinatif saya. Jika dalam situasi realnya manusia adalah yang mengeksploitasi alam dan berbuat semena-mena, di sini adalah kebalikannya. Alam yang mendominasi dan kehadiran manusia ditiadakan,” ujar Prabu dalam pembukaan pamerannya di Artsphere Gallery, Dharmawangsa Square, Jakarta, Sabtu, (17/6).“Untuk seri ini saya lebih banyak menggunakan warna dingin seperti biru, hijau, dan abu-abu. Tapi beberapa juga ada aksen warna hangat seperti orange, pink, dan kuning,” tambah Prabu terkait palet warna di seri lukisannya.
Jika tanpa gedung-gedung terbengkalai itu, lanskap-lanskap yang dihadirkan Prabu sebenarnya juga bisa dilekatkan pada tema-tema mooi indie. Tema yang mengeksploitasi keindahan alam. Memang di antara 12 karya itu, setidaknya ada yang condong dengan corak ini. Seperti lukisan bertajuk in Another Land dan Stone Garden yang menihilkan keterbengkalaian lanskap bangunan. Namun, justru yang menarik adalah jukstaposisi yang banyak dihadirkan itu. Karena memberi karakteristik lukisan lanskap ala Prabu.“Ini menjadi pameran perdana Prabu di Jakarta. Kami dari Artsphere bekerja sama dengan UOB yang turut mendukung ekosistem seni rupa di Indonesia untuk para seniman yang tengah bertumbuh,” kata Maya Sujatmiko dari Artsphere Gallery.
Sementara itu, Head of Strategic Communications and Brand UOB Indonesia Maya Rizano merasa bangga pihaknya bisa turut mendorong keberlanjutan kesenimanan Prabu setelah ia menjadi pemenang dalam kompetisi UOB Painting of The Year.“Penting adanya keberlanjutan. Sekaligus ini menjadi jembatan bagi perupa untuk bisa memberikan pembelajaran ke para perupa muda, agar dunia seni rupa bisa lebih bergairah. Di seri karya ini, pengunjung diajak melihat karya dengan pemikiran yang lebih dalam tentang alam.
Bukan saja keindahan dan hanya lewat mata tapi juga ada pemikiran sang seniman di dalamnya."Pameran in Another Land akan berlangsung hingga sebulan ke depan pada 17 Juli di Artsphere Gallery Dharmawangsa Square Jakarta.
Comments